Be A Great Midwife

Be A Great Midwife

Jumat, 18 Maret 2016

SKENARIO ROLE PLAY KELOMPOK 3





“DUKUN VERSUS BIDAN”

NARATOR                 : ROSMAWATI EKA WIJAKSANAH
DUKUN/SANRO        : LIYUSRI
BIDAN ITA                 : PUSPITA SARI
IBU HAMIL                : ARIYANA
IBU MERTUA            : NURDEWI SULYMBONA
BIDAN SENIOR        : DIKA SILVIA SARI
KEPALA DESA         : SWISTI INTAN NURCAHYA MITA

            Laonti sebuah desa terpencil masih bagian dari wilayah Sulawesi Tenggara, akses menuju desa masih sangat jauh dari kata MUDAH. Untuk pergi ke pasar ataupun ke daerah ibu kota masyarakat tidak bisa menggunakan jalur darat karena daerah ini dikelilingi anak sungai. Alat tranportasi yang digunakan masyarakatnya adalah perahu kecil yang biasa disebut “KATINTING”. Masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat di daerah mereka, salah tokoh yang cukup disegani adalah ‘Dukun” tapi di daerah ini mereka menyebutnya “SANRO”. Karena akses yang masih sulit, sehingga di daerah ini belum ada Puskesmas. Biasanya masyarakat akan berobat ke dukun tersebut. Tahun ini Dinas Kesehatan kemudian menempat seorang bidan PTT baru bernama bidan “ITA”. Bidan tersebut tinggal di salah satu rumah warga desa, dengan adanya Bidan Desa kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat sedikit demi sedikit sudah mulai berjalan. Pada saat posyandu perdana bidan ITA tidak didatangi seorang pun ibu hamil, sehingga sore harinya bidan ITA berinisiatif untuk melakukan kunjungan rumah. Pada saat dalam perjalanan bidan ITA bertemu dengan salah satu ibu hamil :
Bidan Ita
ibu nana ya? Darimana nih? (memperhatikan raut wajah ibu yang terlihat kesakitan)
Bumil
(sambil meringis) saya dari rumah sanro bu, diantar mertua saya ini
Bidan Ita
saya baru mau ke rumah ibu, saya tunggu di posyandu kok ibu ga datang. Kan ibu belum periksa kehamilan untuk bulan ini.
Mertua           
huuummmm.. ga usah diperiksa bu bidan tadi sanro sudah ngobatin anak saya kok, posisi perutnya udah bagus juga. Bu bidan pulang saja, kasian sudah jauh-jauh jalan kaki sampai kesini.
Bidan Ita
ga papa bu sudah tugas saya juga sebagai bidan yang bertugas di  desa ini.
Mertua           
ya sudah kalo bidan memaksa, mari ikut kami pulang sekalian bu bidan periksa saya juga ya.
Bumil 
Baik bu bidan, ikut ke rumah
Setelah pemeriksaan dilakukan bidan Ita memberi tahu ibu nana hasil pemeriksaannya.
Bidan Ita
ibu nana, berdasarkan hasil pemeriksaan umur kehamilan ibu memasuki bulan ke 4. Tekanan darah normal, dan ibu tidak kurus. Bulan depan kalo ibu sempat datang ke posyandu yah. Oh iya tadi ibu dari rumah sanro, ibu ngapain? Sepertinya tadi ibu juga terlihat kesakitan.
Bumil
kata ibu mertua saya, bentuk perut saya tidak bagus karena posisi anaknya di dalam ga bagus juga. Jadi tadi siang saya diantar ke rumah sanro bu bidan, untuk dipijat biar posisi anaknya bagus kembali. Setelah dipijat perut saya agak sakit, tapi sekarang sudah tidak sakit kok.
Bidan Ita
apa ?? ibu dipijat (dengan ekspresi kaget) ya ampun ibu nanti besok-besok ga boleh datang lagi ke rumah sanro yah. Dipijat itu bahaya loh bu bagi kehamilan. Ibu boleh datang ke rumah sanro, tapi ibu harus menolak jika perutnya mau di pijat oleh sanro.
Mertua           
ihhhhhh,, kok bu bidan jadi nakutin anak saya sampe larang-larang anak saya dipijat oleh sanro. Bu bidan masih pendatang disini yah jadi jangan sok tau. Kalau bu bidan ingin betah tinggal di desaini, bu bidan sebaiknya tidak ikut campur soal tradisi desasini.
Bidan Ita
(merasa tersinggung) saya tau saya masih baru bu, tapi saya lakukan ini demi anak ibu juga. Ini masalah kesehatan bu, jadi seharusnya periksanya ke tenaga kesehatan juga. Sanro itu dia tau apa sih masalah kesehatan.
Mertua           
Ohhh besok saja saya bakal laporin bu bidan ke sanro, biar tau rasa. Bu bidan silahkan pulang.
Bidan Ita
laporin aja bu saya ga takut.
Bumil
Sudahlah mak ga usah marah-marah, bu bidan nanti kalo sempat saya datang ke posyandu bulan depan ya. Sekarang sebaiknya bu bidan pulang dulu sebentar lagi maghrib, kasian kalo bu bidan jalan sendiri malam-malam. Kan ga ada temennya.
Bidan Ita
Saya tunggu ya bu nana. Silahkan beristirahat.
Keesokan harinya setelah ibu mertua melaporkan bidan ITA kepada sanro, mereka berdua pun sepakat untuk menemui langsung bidan Ita di rumahnya.
Sanro
Mana yang namanya bidan Ita, sini keluar. (sambil berteriak keras)
Bidan Ita
Aduhhh ada apa yah bu. Kok ribut sekali
Sanro
Ooohh jadi kamu yang namanya bidan Ita ya. Kurang ajar, orang ga tau adat. masih pendatang baru malah main curang ngambil rejeki orang lain.
Bidan Ita
Loh loh ibu ini siapa yah? Datang-datang malah nuduh saya yang tidak benar
Mertua           
Bidan sudah lupa ya, kemarin saya kan bilang mau laporin bidan ke sanro. Sanro ini adalah orang yang paling dihormati di desaini setelah Pak Desa. pokoknya nanti kalo pak desa datang kita laporin biar sekalian diusir dari desa ini.
Sanro
humm bener itu. Bisa-bisanya yah bidan baru malah jelek-jelekin saya di depan pelanggan saya.
Bidan Ita
Ibu-ibu kalo bicara yang baik-baik yah bu. Saya bisa aja laporin balik ibu berdua ke Kepala Desa dengan tuduhan pencemaran nama baik dan pembunuhan karakter.
Beberapa menit kemudian Kepala Desa lewat bersama Bidan Senior. Mereka baru saja menghadiri Rapat Bulanan di balai Desa.
Kepala Desa
Wah rame sekali yah
Mertua
Bagaimana ga rame pak, coba lihat gaya bicara bidan ita kepada kami yang lebih tua sambil teriak-teriak. kan ga sopan pak.
Sanro
Bidan ini mau  menggantikan posisi saya pak desa
Bidan Ita
Waduh maksud ibu apa?? Jangan kira saya masih muda saya takut sama ibu yah. Saya ini Bidan loh bu.
Mertua           
ihhh iya D3 kamu sekolah tapi seperti bukan orang yang tinggi sekolahnya. Yang sopan dong sama yang tua.
Kepala desa
sudah.. sudah mari kita duduk dulu. Belum apa-apa kok sudah pemanasan sih? Mari ibu-ibu kita diskusikan bersama. Saya bersama Bidan Dika baru saja pulang dari acara di balai desa jadi belum tau duduk persoalannya gimana. Bu bidan boleh kami masuk ke dalam.
Bidan Ita
Mari pak, bu mari masuk.. silakan duduk. Maaf ruangannya agak sempit.
Kepala Desa
Sebelum kita ke pokok persoalan, saya akan perkenalkan kepada ibu-ibu sekalian Kepala Puskesmas Laonti yang baru saja dilantik yaitu Ibu Dika, mungkin bu bidan sudah tau yah. Beliau menggantikan Kepala puskesmas yang lama yang sudah pensiun.  Saya rasa perkenalannya cukup, mari kita ke pokok permasalahan. Silahkan sanro lebih dulu yang memberikan penjelasan.
Sanro
Begini pak, tadi pagi selagi saya bekerja di kebun, tiba-tiba ibu dewi datang kepada saya. Nah, setelah mendengar cerita dari ibu Dewi. Ternyata, bu bidan yang masih baru ini, sudah menjelek-jelekkan saya di depan menantu ibu dewi yang jelas-jelas adalah pelanggan saya. Saya ga terima, kalo memang mau bersaing yang sehat bukan seperti ini caranya.
Mertua
Udah pak, usir saja dia dari sini. Pandatang baru datang kok sudah ikut campur sama tradisi desa. Kan ga tau diri pak.
Kepala Desa
Sabar bu sabar. Nah bagaimana bidan Ita? Bagaimana kejadiannya sebenarnya menurut bidan Ita? Apa sudah sesuai yang diceritakan oleh mak sanro?
Bidan Ita
Yah  ga bener lah pak. Fitnah itu.. saya cuma mengatakan kalau ibu hamil ga boleh dipijat sama dukun.
Sanro
Tuh kan pak, si bu bidan malah memutarbalikkan fakta. bidan baru ini cara bersaingnya ga sehat. Loh bukannya kamu yah yang fitnah saya. Memangnnya sejak kapan ibu hamil ga boleh dipijat sama sanro??
Mertua           
Makanya saya bilang juga apa. Bu bidan baru ini sok tahu. Sebelum kamu datang  juga kami semua selalu berobat sama sanro. Lagian kita tau sendiri puskesmas jauh.
Kepala desa
Baiklah, saya kira cukup yah ibu ibu. Jangan diperpanjang lagi. Setelah mendengar langsung pendapat dari ibu-ibu sebelum saya memutuskan mungkin ibu dika ingin memberikan pendapat ? saya persilahkan.
Kepala Puskesmas
Sebelumnya sebagai atasan bidan ita saya sekaligus sebagai kepala puskesmas saya mohon maaf atas kesalahpahaman yang terjadi. Ibu-ibu sekalian, bidan ita ini adalah bidan PTT yang dibayar langsung oleh pemerintah pusat dan ditugaskan langsung di desa ini sesuai SK penempatan. Semua  kegiatan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kewenangan bidan Ita, harus dilaksanakan karena itu adalah salah satu tugas dari seorang bidan Desa. Mungkin kesalahan bidan Ita adalah kurang mengetahui bagaimana adat istiadat yang berlaku didesa ini. Namun saya tegaskan pula, bahwa adanya bidan desa disini tidak untuk menjadi saingan dari ibu sanro yah. Karena kehadiran bidan Ita disini adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan warga desa.
Ibu-ibu tau sendiri puskesmas jauh, jadi kami berharap dengan adanya pos bersalin desa yang dikelola oleh bidan Ita, dapat dijadikan sebagai tempat pelayanan kesehatan pertama yanga dapat menjangkau langsung ke masyarakat, sekalipun  pelayanan yang diberikan masih terbatas. Perlu  saya tegaskan kembali adalah kehadiran bidan Ita bukan untuk menjadi saingan ibu sanro, tidak sama sekali. Karena ibu sanro dan bidan ita sudah memiliki ilmu pengetahuan masing-masing dan pasti jauh berbeda. Mungkin cara penyampaian dari bidan Ita yang kurang berkenan di mata ibu-ibu.
Bidan Ita
Saya minta maaf sebelumnya jika mmeang sikap saya tidak berkenan di hati ibu-ibu. Akan tetapi saya tidak bermaksud untuk melarang ibu hamil untuk mendatangi sanro. Namun, sesuai bidang keilmuan yang kami pelajari saat sekolah dulu, diketahui bahwa memijat perut ibu hamil tidak dibenarkan, karena akan menimbulkan berbagai macam resiko salah satunya terlepasnya plasenta/ari-ari jika kehamilan ibu masih muda.
Mertua 
Ya ampun.. masa sih sampe segitunya. Waduh, mana calon anaknya nana itu cucu pertama saya.
Sanro
Ga usah percaya, buktinya semua pelanggan saya baik-baik saja.
Bidan ita
Ya Alhamdulillah jika semua pasien sanro sehat, hanya saja untuk mencegah segala kemungkinan terburuk yang bisa terjadi, alangkah baiknya mulai kebiasaan untuk memijat perut ibu selama hamil tidak dilakukan lagi.
Kepala desa
Kami juga berharap semua warga kami selalu sehat terutama ibu hamil dan anak-anak. Ibu Dewi dan Sanro, kita sebagai orang tua tidak boleh menutup diri dengan ilmu pengetahuan yang sudah berkembang bu sanro. Bukannya ingin merubag tradisi, namun jika tujuannya baik saya rasa ga ada salahnya kita pertimbangkan. Bagaimana bu sanro masih merasa tersaingi?
Sanro
Mungkin benar juga apa kata Pak Desa, saya akan mencoba untuk  tidak memijat perut ibu hamil lagi mulai sekarang. (dalam hati : kecuali diminta)
Kepala desa
Baiklah. Saya kira kedua belah pihak sudah bisa berdamai sekarang. (sambil mengajak ibu dei, sanro, dan bidan ita untuk bersalaman)Setelah posyandu mungkin bisa disosialisasikan yan bu bidan, jangan lupa ibu sanro juga harus terlibat. Bagaimana bidan Ita setuju?
Bidan Ita
Iya saya setuju pak. Sekali saya minta maaf kepada ibu sanro dan ibu dewi jika ada perkataan ataupun perbuatan yang kurang berkenan.
Sanro
Iyalah sama-sama
Ibu Dewi
iya sama-sama bidan
             
“SELAMAT BERAKTING”














Tidak ada komentar:

Posting Komentar