345 Warga Terkena Chikungunya, Dinkes Semarang Tetapkan KLB
Jumat, 2 Mei
2014 | 18:03 WIB
KOMPAS.com/TAUFIQURRAHMAN Ilustrasi: Petugas Dinas Kesehatan Semarang,
melakukan pengasapan di dalam rumah warga yang menjadi korban wabah
chikungunya, Kamis (16/1/2014).
UNGARAN, KOMPAS.com — Penyakit chikungunya menjangkiti warga di hampir semua kecamatan di Kabupaten Semarang. Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang pun menetapkan peristiwa itu sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Semarang, jumlah penderita chikungunya per April 2014 mencapai 345 orang. Jumlah itu belum termasuk penderita yang tidak menjalani perawatan.
Kepala Dinas
Kesehatan drg Gunadi mengatakan, penyakit chikungunya adalah penyakit yang
berasal dari alphavirus yang masuk ke tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Albopictus. Orang yang
menderita chikungunya biasanya mengalami gejala sakit kepala, nyeri sendi, dan
sering kali badannya panas sehingga pada penderita akan mengalami sakit yang
menyebabkan terganggunya aktivitas.
“Total penderita
hingga April 345 orang melihat dari jumlah penderita dan penyebarannya yang
cepat, ini sudah bisa disebut sebagai KLB chingkungunya. Paling banyak di
perkotaan seperti Ungaran, Ambarawa, dan Banyubiru. Hal itu disebabkan karena
kepadatan dan mobilitas penduduk yang tinggi,” kata Gunadi, Jumat (2/5/2014)
siang.
Upaya yang sudah
ditempuh guna mengantisipasi penyebaran penyakit ini yakni dengan melakukan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Selain itu, antisipasi gigitan nyamuk dengan menggunakan obat oles pada kulit.
“Permintaan fogging cukup tinggi, per hari bisa
sampai 3 kali fogging. Tetapi fogging itu sebenarnya kurang
efektif. Yang efektif adalah PSN dan PHBS. Selain itu, masyarakat juga kami
minta antisipasi menggunakan minyak oles atau pakai daun serai untuk mencegah
gigitan. Jika sudah terkena, langsung dibawa ke dokter, puskesmas, atau rumah sakit,”
kata Gunadi.
Penulis
|
: Kontributor
Ungaran, Syahrul Munir
|
Editor
|
: Farid Assifa
|
|
|
Penanganan
Chikungunya diidentifikasi sebagai
penyakit re-emerging (yaitu
penyakit yang pernah mewabah, lalu menghilang, dan mewabah kembali dalam
periode tertentu) dengan jenis virus yang telah bermutasi setelah 20 tahun. Salah
satu contoh kasus diatas yang terjadi di Kabupaten Semarang pada tahun 2014
silam dimana saat itu peristiwa wabah chikungunya dikategorikan sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB). Karena chikungunya biasanya terjadi di daerah yang
mengalami curah hujan tinggi ditambah dengan kepadatan populasi penduduk menyebabkan
banyak tempat yang dapat menjadi sarana nyamuk untuk berkembang biak. Virus ini
bisa menyerang siapa saja terutama orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh
yang rendah terutama di daerah endemis chikungunya.
Penyebab
penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu Alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk
Aedes aegypti/ Aedes
albopictus. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam
berdarah dengue. Karena Penyebab dan
gejalanya yang serupa menyebabkan penyakit chikungunya sering didiagnosis
secara keliru sebagai penyakit demam berdarah.
Sebagai seorang bidan, walaupun tidak
memberikan pengobatan secara langsung. Namun sebagai tenaga kesehatan kita
harus memiliki pengetahuan yang luas tentang berbagai penyakit, karena bidan
meruapakan salah satu orang yang paling dekat dengan masyarakat setelah kader
yang akan memberikan penyuluhan ataupun pendidikan kesehatan kepada masyarakat,
sehingga masyarakat bisa dengan jelas membedakan penyakit demam berdarah dan
chikunguya.
Tanda dan
gejala penyakit chikungunya akan mulai terasa pada 3 hingga 12 hari setelahnya.
Adapun gejala sebagai berikut :
- Demam secara tiba-tiba merupakan salah satu gejala utama chikungunya
- Nyeri otot, gejala ini bisa bertahan selama berminggu-minggu dan merupakan gejala utama chikungunya
- Radang sendi
- Menggigil
- Sakit kepala tak tertahankan
- Ruam atau bintik-bintik merah di sekujur tubuh
- Kelelahan
- Mual dan muntah.
Sekalipun
penyakit chikungunya ini tidak mematikan seperti “demam berdarah” namun
penanganan secara cepat dan tepat tetap harus dilakukan untuk mencegah
timbulnya komplikasi. Walaupun jarang terjadi penyakit chikungunya
dapat menimbulkan komplikasi : gangguan pada saraf, mata, jantung dan saluran
pencernaan. Tidak ada pengobatan khusus untuk menyembuhkan chikungunya. Virus
ini termasuk Self Limiting Disease atau
hilang dengan sendirinya. Namun, rasa nyeri masih tertinggal dalam hitungan
minggu sampai bulan. Pemberian Obat-obatan analgesik dan anti inflamasi
dilakukan hanya untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri otot. Konsumsi buah-buahan
segar serta makanan yang bergizi yang mengandung cukup banyak protein dan
karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dan
istirahat cukup bisa membuat rasa ngilu pada persendian cepat hilang. Setelah hari
kelima, demam akan berangsur-angsur reda, rasa ngilu maupun nyeri pada
persendian dan otot berkurang, dan penderita akan sembuh seperti semula.
Tindakan yang paling utama adalah
melakukan tindakan pencegahan, disinilah peran kita sebagai tenaga kesehatan
untuk memberikan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat salah satunya
untuk mencega terjadinya penyakit endemis seperti chikungunya yang fokunya
adalah untuk mengurangi habitat tempat nyamuk berkembang biak, dengan cara :
- Menguras bak mandi dan tempat air secara teratur
- Menutup rapat tempat-tempat air setelah digunakan
- Menempatkan wadah-wadah yang sedang tidak terpakai dalam posisi tertelungkup
- Menyingkirkan barang-barang tidak terpakai yang dapat menjadi sarang nyamuk, terutama yang berada di luar rumah dan dapat menampung air hujan
- Membersihkan vas bunga, akuarium dan tempat minum hewan piaraan secara teratur setidaknya seminggu sekali
- Memastikan septic tanks tetap tertutup rapi dan tidak bocor
- Memastikan talang atap rumah Anda tidak menampung genangan air
- Memasang kasa anti-nyamuk pada jendela
- Menghindari menggantung baju di tempat terbuka
Selain itu bidan juga menyarankan
warga masyarakat untuk menghindarkan gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus dengan cara :
- Menggunakan pakaian tertutup atau lotion anti-nyamuk jika sedang berada di area dengan potensi banyak nyamuk seperti di kebun atau pasar tradisional
- Menggunakan penyemprot atau obat anti-nyamuk elektrik di petang hari. Namun hindari obat semprot jika ada bayi atau orang lanjut usia.
- Pengasapan/ fogging untuk membunuh nyamuk umumnya dilakukan terutama jika chikungunya atau demam berdarah sudah mewabah di suatu daerah. Pastikan pengasapan telah dilakukan di rumah atau tempat kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar